Sabtu, 09 Januari 2010

Bunga liar di tepi jurang

Terbayang danau yg kini mengering karna kemarau.
Tuhan putuskan hidup pada tandus yg tak lekang.
Duri pun tumbuh pada kaktus yg nelangsa.
Air nya tak muncul mengalir bak sungai.
Hanya seperti air perasan tanpa tetes.
Yang takkan pernah mampu hapus dahaga.

Aq terjebak dalam kota mati tak bertuan.
Pada lembah tandus n gurun tak berpenghuni.
Debu hitam dan kering selalu terbang ke wajah ku.
Seolah mengusirku untuk pergi.
Tapi mengapa aku tetap berada disini?

Apa karena aku tak tahu kemana arah pulang?

Atau karena aroma kematian lebih aku sukai?

Tuhaannn...

Aq rindu musim itu.

Musim dimana burung2 banyak berkicau.

Jangan kau silih gantikan putih dengan hitam.
Dan cerah dengan hujan deras.
Karna aku tak mampu mencerna keduanya dalam kurun waktu yg singkat.

Aq hanya bunga liar.

Mungkin aku dapat hidup pada kondisi apapun.

Tapi bagaimana dengan jiwaku?

Tanaman liarpun bernyawa.

Halilintar selalu menakutiku.

Lalu sebentar kemudian pelangi menghiburku.

kemudian petir lagi menyambar.

Sungguh!

Bukan ini yg ku inginkan!

Baiknya aq mengalir saja pada danau dengan arus tenang.
Atau tertanam di pinggir jurang.

satu pintaku: jangan sayat aku. Jangan cabuti kelopak ku. Jangan patahkan tangkai ku. Karena itu sangat menyakitkan.

Created by: Atika Dian Pitaloka
bogor 10.00wib 111010

Tidak ada komentar: